![]() | |
Contoh Kaligrafi Murni |
kaidah kaligrafi arab
Seni kaligrafi merupakan kebesaran seni
Islam, yang lahir di tengah-tengah dunia arsitektur. Hal ini dapat
dibuktikan pada aneka ragam hiasan kaligrafi yang memenuhi masjid-masjid
dan bangunan-bangunan lainnya, yang diekspresikan dalam paduan
ayat-ayat suci Al-Qur’an, Al-Hadits atau kata-kata hikmah. Demikian juga
mushaf Al-Qur’an banyak ditulis dengan berbagai corak kaligrafi.
Berdasarkan eksistensi tulisan (huruf
Arab) pada saat pengekspresiannya, dibedakan pengertian antara kaligrafi
murni dan lukisan kaligrafi. Keduanya agak berjauhan satu sama lain.
Kaligrafi murni adalah seni tulis indah yang mengikuti pola-pola kaidah
yang sudah ditentukan dengan ketat, yaitu bentuk-bentuk yang tetap
berpegang pada rumus-rumus dasar kaligrafi yang baku (kaidah khathiyah). Di sini dapat dibedakan dengan jelas aliran-aliran seperti Naskhi, Tsuluts, Rayhani, Diwani, Diwani Jali, Farisi, Kufi dan Riq’ah. Penyimpangan atau pencampuradukkan satu dengan yang lain dipandang
sebagai suatu kesalahan, karena dasarya tidak cocok dengan rumus-rumus
yang sudah ditetapkan.
Jelaslah, bahwa suatu hasil karya kaligrafi tidak boleh mencampuradukkan gaya dalam penulisan kaligrafi misalnya, Naskhi, Riq’ah dan Tsuluts dijadikan
satu. Hal itu tidak boleh terjadi, karena merupakan “pelanggaran”.
Selanjutnya menurut Situmorang, bahwa suatu gaya kaligrafi sudah
ditentukan secara ketat peraturan penulisannya. Keserasian antar huruf,
cara merangkai, sentakan, bahkan jarak sepasi harus diperhitungkan
dengan serasi. Teknik penulisan tiap-tiap kaligrafi atau khath juga mempunyai cara yang berbeda-beda.
Dewasa ini kaligrafi murni atau kaligrafi
klasik telah banyak mendapat perhatian dan dikembangkan ke dalam bentuk
lukisan kaligrafi (kaligrafi ekspresif atau kontemporer). Istilah
“lukisan kaligrafi” biasanya digunakan untuk membedakannya dari
“kaligrafi murni” atau “kaligrafi klasik” yang berpegang pada
kaidah-kaidah khathiyah.
Pengertian lukisan yaitu suatu
pengucapan pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua
dimensional dengan menggunakan warna dan garis Lukisan adalah suatu bentuk ungkapan batin seseorang dari hasil suatu
pengolahan ide berbakat pengalaman indrawi maupun pengalaman jiwa
melalui susunan unsur-unsur estetis dengan ukuran dwi marta
(dua dimensi). Ungkapan atau pernyataan batin yang juga disebut ekspresi
dalam suatu karya seni, haruslah memiliki nilai kebebasan dan
mengandung unsur keindahan. Tampilnya keindahan tidak selalu dalam
pewujudan fisik dan visual semata-mata, tetapi dapat pula secara moral
(perasaan) atau secara kedua-duanya.
Sedangkan yang dimaksud dengan lukisan kaligrafi adalah model kaligrafi
yang digoreskan pada hasil karya lukis, atau coretan kaligafi yang
dilukis sedemikian rupa dengan menggunakan warna-warna yang beragam,
bebas dan tidak terikat oleh rumus-rumus baku yang ditentukan.
Menurut Situmorang, lukisan kaligrafi adalah suatu bentuk atau corak
seni kaligrafi yang dieksperimenkan ke dalam bentuk lukisan yang
dikombinasikan dengan warna-warna, huruf dan corak tulisannya cenderung
memiliki gaya atau corak yang bebas dan lepas dari kaidah-kaidah yang
telah digariskan dalam kaligrafi yang baku.
Lukisan kaligrafi merupakan seni lukis yang menampilkan aksara Arab sebagai subject-matter (sasaran) utuh atau sebagian, atau mengambil beberapa huruf saja. Secara prinsip kaligrafi lukis (lukisan kaligrafi) berbeda dengan kaligrafi tulis (kaligrafi murni). Pada lukisan kaligrafi terdapat sejumlah kebebasan dalam berekspresi. Sedangkan dalam kaligrafi tulis, dikenal beberapa macam ketentuan pokok dan rumus-rumus baku. Lukisan kaligrafi secara mendasar berbeda dengan lukisan biasa. Di samping si pelukis harus memiliki niat suci dan hati bersih, pemilihan medianya pun harus benar dan tepat.
Oleh karena itu, pengertian lukisan
kaligrafi Islam tidak selalu menunjukkan kepada pengembangan gaya-gaya
kaligrafi (kontemporer maupun klasik baku) dalam arti huruf seperti
dalam kriterium al-Faruqi. Fokus lukisan kaligrafi tidak hanya selesai pada huruf, tetapi
kehadirannya memang sebagai “lukisan” dalam arti yang sesungguhnya,
seperti yang di kemukakan pelukis kaligrafi Syaiful Adnan. Kritikus seni
rupa Dan Suwaryono menandaskan bahwa lukisan kaligrafi pada dasarnya
ditopang dua unsur elemen seni rupa, berupa unsur-unsur fisiko plastis
(berupa bentuk, garis, warna, ruang, cahaya, dan volume) di satu pihak,
dan di pihak lain tuntutan-berupa tuntunan yang cenderung ke arah idio plastis
(meliputi semua masalah yang secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan isi atau cita pembahasan bentuk). Dalam ungkapan yang
lebih mudah, “lukisan” kaligrafi tidak hanya menampilkan sosok huruf
yang dilukis, tetapi juga sebagai sebuah lukisan utuh yang menjadikan
huruf sebagai salah satu elemennya.
Menurut Affandi, lukisan kaligrafi
adalah karya cipta manusia sebagai hasil pengolahan ungkapan batinnya
melalui susunan unsur-unsur tulisan dan unsur-unsur dwi marta
yang lain, yang memiliki sifat-sifat simbolik, religius, dan estetik.
Membawa pesan kebaikan antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia serta manusia dengan alam. Jadi, setiap lukisan kaligrafi memiliki kebebasan dalam gaya atau corak
tulisan sehingga tercipta suatu kesatuan bentuk lukisan yang sesuai
dengan keinginan penciptanya.
Dari pengkajian makna peristilahan tersebut dapat dikatakan: Pertama, lukisan kaligrafi bukan sekedar sebagai seni tulisan indah. Kedua,
melalui kebebasan ekspresi estetik, seni tulisan indah kemudian dengan
kreasi bentuk dan susunan huruf-huruf dilengkapi dengan unsur-unsur lain
menjadi karya lukisan. Ketiga, lukisan merupakan bahasa dari
pelukisnya. Bahasa adalah media komunikasi. Lukisan dengan
unsur-unsurnya adalah merupakan wujud perlambang yang digunakan oleh
pelukis untuk mengutarakan isi hatinya dengan pesan-pesannya. Keempat,
lukisan kaligrafi perkembangannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
Islami. Karena itulah lukisan kaligrafi mengekspresikan keagamaan.
Medium untuk penciptaan karya lukisan
kaligrafi sangatlah bebas, sebebas medium yang digunakan pada
karya-karya lukisan umumnya. Lukisan kaligrafi dapat ditampilkan dengan
teknik cat minyak, cat air, batik bahkan dengan berbagai teknik
eksperimen klasik maupun modern.
Banyak sedikitnya unsur tulisan dalam
karya lukisan kaligrafi tidak menjadi masalah. Yang penting adalah
keterpaduan dan keselarasan dapat tercapai. Karena yang ditulis adalah
ayat-ayat Al-Qur’an, yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai
merubah arti dan makna ayat tersebut. Dalam penampilannya, lukisan
kaligrafi dapat bercorak realis, surealis,dekoratif sampai yang bercorak semi abstrak.
https://belajarkaligrafiislam.wordpress.com/tag/kaligrafi-murni/
https://deniarisandi.wordpress.com/2011/07/20/kaligrafi-murni-dan-lukisan-kaligrafi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar